Malam tanpa bintang tidak menyusutkan semangat untuk sang pemimpi dikala sinar lilin menerangi dan dimeriahkan paduan suara jangkrik yang bernyanyi ditengah kebisuan malam yang menunggu mentari menyambut pagi dengan semangat baru. '_'

Kamis, 07 Juni 2012

BENTUK DAN MAKNA/ARTI PREPOSISI BAHASA KEPULAUAN TUKANG BESI DIALEK TOMIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang dan Masalah
1.1.1  Latar Belakang Penulisan
  Di Indonesia terdapat sejumlah bahasa daerah sehingga bagi sebagian besar penduduk negeri ini bahasa Indonesia adalah bahasa kedua (Halim 1976:55). Hal itu mengakibatkan terjadinya kontak yang sangat intensif antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.
                   Mengingat pentingnya bahasa daerah sebagai pendukung bahasa Indonesia sekaligus pendukung kebudayaan nasional, kegiatan pengkajian bahasa daerah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua terutama masyarakat pengguna bahasa daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan bahasa daerah  melalui berbagai kegiatan penelitian sangat penting karena hal itu dapat mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa serta dapat menanamkan rasa saling menghargai antar sesama warga negara tanpa membeda-bedakan antara  suku yang satu dengan suku yang lainnya.
Bahasa Kepulauan Tukang Besi merupakan salah satu bahasa daerah yang tersebar di Sulawesi Tenggara dan dalam  bahasa ini terdapat empat dialek yakni dialek  Wanci, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Keempat dialek tersebut hingga saat ini masih tetap diwariskan dan tetap dipelihara secara turun temurun oleh penduduk yang mendiami pulau tersebut.
 Bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia seperti halnya  bahasa daerah lainnya juga mempunyai sistem, khususnya dari segi tata bahasa. Di antara tata bahasa tersebut adalah kata depan atau preposisi. Preposisi  dapat ditentukan berdasarkan ciri morfologis dan ciri sintaksis. Secara morfologis pada umumnya kata preposisi sukar sekali mengalami perubahan bentuk, dan secara sintaksis kata golongan ini tidak dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek, melainkan berfungsi untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat.

Salah satu hal yang menarik untuk membicarakan masalah preposisi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia ini adalah dari segi bentuk, makna dan penggunaannya. Preposisi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia tidak hanya terdiri atas bentuk monomorfemis (satu morfem), seperti ako (menandai hubungan peruntukan), mina (menandai hubungan asal dan arah), kene (mengandung arti kesertaan atau cara), dan lain-lain. Contohnya “teboku ibafa waleli ako yaku.”
 Preposisi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia juga terdiri  atas bentuk lain seperti preposisi berafiks (preposisi yang dibentuk dengan mengikutsertakan afiks pada bentuk dasar nohadamo “menandakan hubungan waktu atau arah ke suatu tempat” afana “menandai hubungan sumber”, preposisi majemuk (preposisi yang dibentuk lebih dari satu, misalnya ara nggala “menandai hubungan perbandingan” appa, kene “menandai hubungan batas waktu”. Bahkan ada pula bentuk preposisi gabungan, seperti ifafo, iforu, ilalo, mina itonga, mina iluara, dan lain-lain.
1.1.2  Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini yaitu “Bagaimanakah bentuk dan makna/arti preposisi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia?”

1.2  Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.2.1  Tujuan Penulisan
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk dan makna preposisi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia.
1.2.2  Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Sebagai masukan bagi pembinaan dan pengembangan preposisi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia.
2.    Sebagai salah satu bahan acuan dalam upaya penggalian bentuk dan makna/arti berbagai aspek tata bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia selanjutnya, baik dari segi fonologis, morfologis, maupun dari segi sintaksisnya.
1.3  Batasan Operasional
Secara operasional, istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
1.    Preposisi adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frasa preposisional, terletak di bagian  awal frasa dan unsur yang mengikutinya dapat berupa nomina, adjektiva, atau verba.
2.    Di lihat dari segi bentuknya preposisi terdiri atas :
1)    Preposisi monomorfemis yaitu preposisi  yang terdiri hanya satu morfem saja dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya.
2)    Preposisi polimorfemis yaitu preposisi yang dibentuk dengan memakai afiks, atau menggabungkan dua kata atau lebih.
3.    Arti preposisi adalah makna preposisi yang dikaji setelah preposisi  ini digabungkan dengan unsur- unsur  lain kedalam kalimat misalnya unsur  Verba, Nomina, Adjektiva, Konjungsi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1    Pengertian  Preposisi
Hampir semua buku tata bahasa membicarakan masalah preposisi. Dalam buku-buku tata bahasa Indonesia pada umumnya kata depan ditentukan secara tradisional, sebagai kata yang menyatakan hubungan atau pertalian antara pengertian yang satu dengan yang lainnya (Ramlan, 1987:13). Berbeda dengan penentuan di atas, yaitu penentuan yang dilakukan oleh Keraf, Slametmuljana, Wojowasito, DR. T. Fatimah, A. M. Fangindae, dan Moeliono.
Keraf dalam bukunya Tata Bahasa Indonesia (cetakan ketiga) menentukan kata depan berdasarkan ciri morfologi dan ciri sintaksis. Secara morfologis, pada umumnya kata depan sukar sekali mengalami perubahan bentuk, dan secara sintaksis kata golongan tersebut tidak dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek, melainkan berfungsi untuk memperluas atau mengadakan transformasi kalimat. Selain itu, kata depan tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Slametmuljana (1967) dalam bukunya Kaidah Bahasa Indonesia (jilid 2) menentukan preposisi berdasarkan fungsi kata dalam kalimat. Berdasarkan fungsinya kata-kata itu digolongkan menjadi empat bagian, dan preposisi termasuk golongan keempat, yakni golongan pembantu pertalian.
Wojowasito dalam bukunya Pengantar Sintaksis Indonesia menentukan kata depan berdasarkan ciri sintaksis, bahwa kata golongan ini memiliki fungsi adverbial dan biasanya terletak di muka kata benda. Selain itu, dikemukakan juga bahwa kata golongan ini menyatakan hubungan antara pernyataan yang terkandung dalam kata-kata di muka dan di belakangnya.
Moeliono dalam bukunya Penyusunan Tata Bahasa Struktural menyinggung pula masalah preposisi. Menurutnya kata preposisi yang termasuk ke dalam partikel merupakan kata yang pada umumnya mendahului kata nominal dan tidak pernah terdapat pada akhir kalimat.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapatlah dikemukakan bahwa preposisi adalah kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Preposisi terletak di bagian awal frasa dan unsur yang mengikutinya dapat berupa nomina, adjektiva, atau verba.
2.2    Jenis- jenis Preposisi
Kridalaksana (1993:55-97) mengemukakan preposisi terbagi atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut :
1)    Preposisi dasar, yakni preposisi yang tidak dapat menghalangi proses morfologis.
2)    Preposisi tuturan yang terbagi atas dua bagian, yaitu (1) gabungan preposisi, dengan preposisi, dan (2) gabungan preposisi dan non preposisi.
3)    Preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada, tanpa, dan sebagainya, termasuk beberapa preposisi yang berasal dari kelas kata lain yang berprefiks se- misalnya selain, semenjak, dan sebagainya.
2.3    Ciri-ciri Preposisi
Ciri-ciri preposisi dapat diketahui melalui beberapa cara yaitu :
1)    Secara morfologis, preposisi sukar sekali mengalami perubahan bentuk, walaupun ada yang mengalami perubahan bentuk.
2)    Secara sintaksis, preposisi tidak dapat menduduki fungsi subjek, predikat, dan objek dalam kalimat.
3)    Secara semantik, preposisi tidak dapat memiliki arti leksikal.
4)    Dari segi distribusinya, preposisi tidak pernah terdapat diakhir kalimat dan biasanya mendahului nomina (Ramlan, 1987:16)
Jika dilihat  dari manifestasi kriteria fungsi, maka preposisi (1) menyatakan pertalian kata benda tertentu dengan kata lain dalam kalimat, (2) menyatakan pertalian makna kata-kata atau bagian-bagian kalimat atau penanda konstruksi frasa eksosentris.
2.4    Bentuk Preposisi
Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi dapat dibagi kedalam dua bentuk yaitu  (1) preposisi monomorfemis dan (2) preposisi polimorfemis (Alwi, 1993:230). Uraian mengenai kedua preposisi tersebut adalah sebagai berikut.

2.4.1    Preposisi Monomorfemis
preposisi  monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya  morfem saja dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Preposisi monomorfemis dalam bahasa Indonesia dicontohkan seperti :
a.    Bagi, untuk, buat, guna itu menandai hubungan peruntukan
b.    Dari, dengan, di itu menandai hubungan asal, arah, dari suatu tempat, menandai hubungan kesertaan atau cara, dan menandai hubungan tempat berada
c.    Ke yaitu menandai hubungan arah menuju suatu tempat
d.    Oleh yaitu menandai hubungan pelaku
e.    Pada yaitu menandai hubungan tempat atau waktu
f.    Tentang yaitu menandai hubungan antara ihwal atau peristiwa
g.    Sejak yaitu menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain
2.4.2    Preposisi Polimorfemis
Preposisi polimorfemis terdiri atas tiga macam (1) polimorfemis berafiks, (2) polimorfemis berupa gabungan kata, dan (3) polimorfemis majemuk.
2.4.2.1    Preposisi  Polimorfemis dengan Afiks
Preposisi polimorfemis dibentuk dengan menempelkan afiks pada dasar. Dasar itu dapat berupa morfem bebas (sama, serta), atau morfem terikat (jelang). Preposisi polimorfemis yang berafiks dalam bahasa Indonesia dicontohkan seperti :
    Bersama, beserta yaitu menandai hubungan kesertaan
    Menjelang yaitu menandai hubungan waktu sesaat sebelum
    Menuju yaitu menandai hubungan tujuan
    Terhadap yaitu menandai hubungan arah
    Bagaikan yaitu menandai hubungan kemiripan
2.4.2.2    Preposisi Polimorfemis Berupa Gabungan Kata
Preposisi polimorfemis berupa gabungan kata adalah berupa gabungan preposisi dengan preposisi atau dapat juga berupa gabungan preposisi dengan yang bukan preposisi. Preposisi yang demikian dalam bahasa Indonesia dicontohkan seperti :
Di atas, di bawah, ke depan, ke luar, yaitu menandai hubungan arah/tempat
       2.4.2.3 Preposisi Polimorfemis Majemuk
Preposisi polimorfemis majemuk adalah preposisi yang terdiri atas lebih dari satu preposisi, seperti terlihat pada contoh berikut :
Daripada yaitu menandakan hubungan perbandingan
Oleh sebab yaitu menandakan hubungan sebab
       Sampai dengan yaitu menandakan hubungan makna batas waktu   yang ditentukan
2.5    Arti Preposisi
2.5.1    Arti Preposisi Monomorfemis
Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas  morfem dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya, seperti :
a.    Preposisi yang menandai hubungan peruntukan
Contoh :
             Buku yang dibawa Leli untuk saya
b.    Preposisi yang menandai hubungan arti/makna arah dan kesertaan (cara)
Contoh :
             Saya pergi sekolah dengan Ani
c.    Preposisi di yang menunjukan makna “tempat berada”
Contoh :
             Ani tinggal di Tomia
d.    Preposisi yang menandai hubungan makna pelaku (oleh)
Contoh :
              Dia berangkat pada hari senin
e.    Preposisi yang menandai hubungan makan tempat atau makna (pada)

2.5.2    Arti Preposisi Polimorfemis
Preposisi polimorfemis terdiri atas 2 yaitu polimorfemis berafiks, majemuk dan polimorfemis gabungan kata.
2.5.2.1    Arti Preposisi Polimorfemis Berafiks
Preposisi polimorfemis berafiks adalah preposisi yang dibentuk dengan menempelkan afiks pada dasar.
a.    Preposisi yang menandai hubungan kesertaan (bersama, beserta)
Contoh :
              Ani ke pasar bersama Leli
b.    Preposisi yang menandai hubungan waktu sesaat setelah (menjelang)
Contoh :
              Dia tiba di Tomia menjelang malam
c.    Preposisi yang menandai hubungan kemiripan (bagaikan)
Contoh :
              Mukanya bulat bagaikan donat
2.5.2.2    Arti Preposisi Berupa Gabungan Kata
Preposisi berupa gabungan kata adalah preposisi berupa gabungan preposisi dengan preposisi atau dapat juga dapat berupa gabungan preposisi dengan yang bukan preposisi.
    Preposisi menandai hubungan arah/tempat (di atas, di bawah, ke depan, ke luar)
Contoh : 
•    Tolong ambilkan sepatu di atas rak
•    Ani menyapu di bawah kolong
•    Angkat pot ini ke depan rumah
•    Sejak tadi pagi dia keluar rumah

2.5.2.3    Arti Preposisi Polimorfemis Majemuk
Preposisi polimorfemis majemuk adalah preposisi yang lebih dari satu preposisi, seperti daripada, oleh sebab, sampai dengan.
a.    Preposisi  menandai hubungan perbandingan (daripada)
Contoh :
               Ani lebih cantik daripada Leli
b.    Preposisi menandai makna hubungan sebab
Contoh :
               Oleh sebab kebaikannya makanya   dia disukai orang banyak.

BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
   
3.1 Metode dan Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini berhubungan langsung dengan pengumpulan data, dan pengkajian data yang mana data-data tersebut disajikan dalam bentuk penggambaran fenomena yang diteliti dengan panjang lebar dan disertai dengan cuplikan-cuplikan cacatan pengamatan maupun rekaman/ transkip wawancara. Penggunaan metode ini bertujuan membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti (Djajasudarma,1993:8)
Dilihat dari jenisnya penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Dikatakan penelitian lapangan karena keseluruhan data yang dikumpulkan umumnya diperoleh di lapangan.
3.2 Data dan Sumber Data   
3.2.1 Data
Data penelitian ini adalah data bahasa lisan berupa tuturan-tuturan dalam frase, klausa, atau kalimat dalam Bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia.
3.2.2 Sumber Data
Terkait dengan data yang dikemukakan di atas maka sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa sumber data lisan. Sumber data lisan tersebut diperoleh dari para penutur asli bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia yang berdomisili di kelurahan Tongano Timur tepatnya di lingkungan Pobantaa. Adapun kriteria informan  atau sumber data yaitu:
    Berumur 40 tahun ke atas.
    Memiliki pengertian terhadap keperluan penelitian.
    Minimal memahami atau berpengetahuan tentang masalah yang sedang diteliti.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah metode cakap dan simak. Metode cakap adalah metode yang digunakan dengan melakukan kontak antara peneliti (selaku peneliti) dan penutur selaku nara sumber atau informan (Sudaryanto, 1993:137). Metode cakap tersebut diikuti pula dengan metode simak, yaitu suatu metode yang digunakan oleh peneliti dengan cara menyimak penggunaan bahasa yang dituturkan oleh informan (Sudaryanto, 1993:133).
Teknik yang digunakan dalam penelititan ini adalah teknik rekam dan teknik catat (Sudaryanto, 1992:33). Penggunaan teknik rekam didasarkan pada pertimbangan bahwa data yang diteliti adalah berupa data lisan. Sehingga dapat dilakukan, baik dengan berencana dan sistematis maupun dengan serta merta (sadap rekam). Dengan demikian, teknik rekam merupakan teknik utama bagi pengumpulan data penelitian ini, sedangkan teknik catat hanya sebagai koreksi terhadap hasil rekaman yang kurang jelas.
3.4 Teknik Analisis Data
Dalam penganalisisan data, penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dan pendekatan semantik. Penggunaan kedua jenis pendekatan ini sesuai dengan objek penelitian, yakni preposisi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia yang dikaji dari aspek bentuk dan makna (arti). Kedua pendekatan tersebut digunakan sejalan dengan pandangan Sausure (1916) yang menyatakan bahwa bahasa merupakan sistem yang unsur-unsurnya saling berhubungan untuk membentuk satu kesatuan makna yang utuh (Djajasudarma, 1993:60).
Berkaitan dengan metode tersebut, maka teknik yang digunakan untuk menganalisis data  penelitian ini adalah teknik kajian menurun (too down). Dengan teknik ini diharapkan dapat diperoleh bentuk, arti/makna, dan penggunaan dalam bahasa  Tomia.
Analisis dengan kajian menurun dilakukan seperti pada konteks kalimat yang mengandung preposisi bahasa Kepulauan Tukang Besi dialek Tomia berikut ini.
Teboku ibafa waleli ako yaku
Buku  yang dibawah leli  untuk saya   

    DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 1999. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta:   Balai Pustaka.
Chaer. 1987. Tata Bahasa Praktik Bahasa Indonesia. Jakarta: Bahrata.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik (ancangan metode penelitian dan kajian). Bandung: 
Keraf, Gorys. 1983. Tata Bahasa Indonesia (cetakan ketiga). Ende –Flores: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik (edisi terbaru). Jakarta: Gramedia.
Moeliono, Anton. 1976. Penyusunan Tata Bahasa Struktural. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa Indonesia
Ramlan. 1987. Kata Depan atau Preposisi dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Karyono.   
Slametmuljana. 1967. Kaidah bahasa Indonesia (jilid dua). Jakarta: Djambatan.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis bahasa. Yogyakrta: Gajah Mada Universitas Press.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar