Malam tanpa bintang tidak menyusutkan semangat untuk sang pemimpi dikala sinar lilin menerangi dan dimeriahkan paduan suara jangkrik yang bernyanyi ditengah kebisuan malam yang menunggu mentari menyambut pagi dengan semangat baru. '_'

Kamis, 07 Juni 2012

FUNGSI DAN KATEGORI KATA DALAM KALIMAT IMPERATIF BAHASA TOLAKI



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
    Peranan bahasa sebagai media komunikasi sangat penting. Bahasa digunakan pada berbagai aktifitas kehidupan manusia. Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yaitu bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita,melahirkan perasaan dan memungkinkan menciptakan kerjasama dengan sesama masyarakat.
    Bahasa merupakan budaya yang terus berkembang. Seiring zaman bahasa juga mengalami perkembangan. Bahasa sangat penting bagi manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain begitupun dengan manusia yang menjadi subjek bahasa agar tetap bertahan dan berkembang atau sebaliknya, manusia yang membuat bahasa itu punah.
    Sebagai alat untuk mengadakan interaksi dan adaptasi sosial, bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan. Bahasa sebagai sarana manusia untuk berbagi pengalaman, berkenalan dengan orang lain, serta dapat menyatukan anggota-anggota  masyarakat. Melalui bahasa masyarakat secara bertahap dapat belajar mengenai bahasa seperti, adat istiadat, tingkah laku, dan tata krama.
    Menurut Halim (dalam Yusman, 1995:1) bahasa daerah sebagai bagian dari kebudayaan daerah maka fungsi bahasa-bahasa daerah adalah sebagai1) lambang kebanggaan daerah, 2) lambang identitas daerah, 3) alat penghubung dalam keluarga dan masyarakat daerah. Hubungannya dengan bahasa indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai 1) pendukung bahasa nasional, 2) bahasa pengantar di sekolah dasar, 3) alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.
    Menurut Michael Halliday (Tarigan 1990: 6-8) dalam bukunya yang berjudul “Exporations in the function of language”(1973). Mengemukakan  tujuh   fungsi bahasa yaitu fungsi instrumental, fungsi regulasi, fungsi refresentasional, fungsi interaksional, fungsi personal,fungsi heuristik, dan fungsi imajinatif.
    Bahasa daerah adalah bagian dari kebudayaan indonesia yang hidup berdampingan dengan masyarakat penuturnya dan memiliki fungsi dan kedudukan yang sangat penting. Salah satu fungsinya adalah sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah khususnya sekolah dasar pada daerah tertentu.
    Pentingnya kedudukan dan fungsi  bahasa daerah dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan bahasa  maka perlu adanya pelestarian dan pengembangan bahasa daerah. Oleh karaena itu diperlukan berbagai cara dalam melestarikannya saperti penggalian, pencatatan dan penelitian perlu mendapat respon yang positif agar ciri kedaerahan tidak hilang.
    Bahasa dimuka bumi sangat beragam. Di indonesia saja kurang lebih tujuh ratus bahasa berkembang dengan beragam dialek selain bahasa indonesia itu sendiri. Indonesia yang terdiri dari banyak pulau memiliki beragam bahasa daerah serta  dialeknya dari  setiap bahasa. Provinsi  Sulawesi Tenggara terdapat beberapa jenis bahasa daerah  seperti bahasa Tolaki, Muna, Buton , CiaCia, Bugis, Mornene dan masih banyak lainnya. . Salah satu bahasa  tersebar dibeberapa kabupaten seperti kabupaten kolaka.  Kabupaten konawe, dan kabupaten konawe selatan yaitu Bahasa Tolaki.
Penelitian dalam menentukan fungsi dan kategori kata  kalimat imperatif bahasa Tolaki, dapat dicirikan dalam satu konstruksi berikut.



1.    Lakoto  pelingasii nggiroo orembu ipambalaika        Kalimat perintah bahasa Tolaki
Pergilah bersihkan itu rumput di samping rumah           Terjemahan Glos
Bersihkanlah rumput di samping rumah                Terjemahan langsung
       S           P            O          Ket
Konstruksi tersebut merupakan salah satu contoh kalimat imperatif bahasa Tolaki yang menempati empat fungsi sintaksis yaitu: lakoto(pergilah) menempati fungsi subjek (S) menduduki kategori verba (V) sebagai bentuk perintah atau suruhan untuk melakukan perbuatan/pekerjaan; pelingasii (bersihkan) menempati fungsi predikat (P) menduduki kategori verba (V) sebagai bentuk tindakan atau realisasi tindakan dari perintah; ngiroo orembu (itu rumput) menempati fungsi objek (O) menduduki kategori nomina (N) sebagai penderita; dan ipambalaika (rumput) menempati fungsi keterangan (Ket.), menduduki kategori nomina (N) berperan sebagai tempat kejadian.
Data diatas menunjukan bahwa struktur dan bentuk kalimat imperatif bahasa Tolaki memiliki karakteristik. Ditinjau dari strukturnya, bahasa Tolaki memiliki perbedaan mendasar dengan struktur bahasa Indonesia. Perbedaannya terletak pada ketidaksamaan struktur bahasa daerah Tolaki dan bahasa Indonesia. Bahasa daerah Tolaki khususnya dalam konstruksi kata yang jika diterjemahkan langsung memiliki perbedaan dengan terjemahan glosnya. Jika diterjemahkan langsung, maka satuan lingualnya dapat berubah dari segi bentuk, struktur serta maknanya. Dari penjelasan diatas maka bentuk dan kategori  kata akan berbeda dari cara  menerjemahkan kata dalam  kalimat dan akan berbeda pula dalam peran semantisnya.
    Upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan bahasa daerah telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya mengenai sapaan, reduplikasi, afiksasi, kalimat imperatif  dan masih banyak lainnya namun masih terdapat kekurangan dalam penelitian yang telah dilakukan. Oleh karena itu perlu untuk melengkapi penelitian sebelumnya maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai fungsi dan kategori kata dalam kalimat imperatif bahasa tolaki.

    Penelitian yang telah disebutkan di atas belum pernah diteliti masalah fungsi dan kategori kata bahasa Tolaki khususnya dalam kalimat imperatif. Kalimat imperatif bahasa tolaki sangat penting karena kehadirannya dalam percakapan sehari-hari sangat diperlukan karena dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi masysrakat, khususnya penutur asli bahasa Tolaki.
    Dari penjelasan di atas, maka dipandang perlu dilakukan penelitian  khusunya mengenai” kalimat imperatif bahasa Tolaki dari segi fungsi dan kategori kata”.
1.1.2  Masalah
    Berdasarkan latar belakang di atas, maka  masalah dalam penelitian ini  yaitu “Bagaimanakah  fungsi dan kategori kata  dalam kalimat imperatif bahasa Tolaki?”
1.2    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
    Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fungsi dan kategori kata dalam kalimat imperatif bahasa Tolaki.
1.2.2    Manfaat Penelitian
    Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1.    Sebagai usaha penyelamatan, pembinaan, pengembangan dan pembelajaran bahasa.
2.    Kepentingan pengajaran bahasa mulai tingkat permulaan hingga tingkat pendidikan tinggi, khususnya lembaga pendidikan yang memberlakukan kurikulum muatan lokal.

1.3    Batasan Istilah
    Pada suatu penelitian, pemahaman istilah dipandang sebagai suatu keharusan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah kesalahan penafsiran istilah yang terdapat dalam pembahasan penelitian. Adapun istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kalimat adalah satuan ujaran yang mengungkapkan sebuah pokok pikiran baik dalam wujud lisan maupun tulisan yang ditandai oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik serta penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan tanda baca
2. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengharapkan lawan bicara dapat melakukan suatu tindakan atau perbuatan.
3.    Fungsi merupakan suatu  tempat dalam kalimat dengan unsure pengisi berupa  bentuk yang tergolong dalam kategori dan mempunyai peran semantik tertentu.
4.    Kategori adalah bagian dari system klasifikasi, hasil pengelompokan unsure-unsur yang menggambarkan pengalaman manusia, suatu bahasa yang anggota-anggotanya mempunyai perilaku sintaksis dan hubungan yang sama.
5.    Struktur adalah pengaturan pola-pola kalimat dalam bahasa secara sintakmatik.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Pengertian Kalimat
    Wendi Widya Ratna Dewi (2009 : 1), Menyatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, keras lemah, disertai jeda, dan diakhiri intonasi naik atau turun. Dalam wujud tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.), tanya (?), atau seru (!). dalam kalimat yang berbentuk tulisan juga dapat menyertakan tanda koma (,), titik dua (:), tanda pisah (-), atau spasi (_).
    Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi dkk.2010:317). Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, sementara itu , didalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma, titik dua, tanda pisah, dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan.
    Widjono Hs (2011: 146), menyatakan bahwa kalimat adalah kesatuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran. Dalam bahasa lisan diawali dan diakhiri dengan kesenyapan, dan dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,tanda seru, atau tanda tanya.
    Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kalimat adalah bagian ujaran yang di dahului dan diikuti kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
    Moeliono (1993 : 29 ), menyatakan bahwa kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disususn sesuai dengan kaidah yang berlaku. Setiap kata termaksud kelas kata atau kategori kata, dan mempunyai fungsi dalam kalimat. Pengurutan rentetan kata serta macam kata yang dipakai dalam kalimat menentukan pula macam kalimat yang dihasilkan.
    Selanjutnya, menurut Badudu (1995:18)  kalimat tersusun dari kata-kata , frasa, atau kalusa. Pada kalimat tunggal yaitu kalimat yang terdiri atas satu kalusa unsur kalimat ialah kata dan frasa.
    Cook, Elson dan Pickett (dalam Tarigan 1971: 39-40 1969: 82), menyatakan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri sendiri yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang terdiri dari klausa   
    Senada dengan penjelasan kalimat diatas, Gorys Keraf mengemukakan kalimat adalah suatu bagian  ujaran yang di dahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
    Dari beberapa pengertian kalimat di atas dapat disimpulkan kalimat adalah satuan ujaran yang mengungkapkan sebuah pokok pikiran baik dalam wujud lisan maupun tulisan yang ditandai oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik serta penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri dengan tanda baca.

2.2 Struktur Kalimat Bahasa Indonesia
    Widjono ( 2011: 153), menyatakan bahwa kalimat merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah. Komunikasi berlangsung baik dan benar jika menggunakan kalimat yang baik dan benar, yaitu kalimat yang dapat mengekspesikan gagasan secara jelas dan tidak menimbulkan keraguan pembaca atau pendengarnya. Oleh karena itu, kalimat harus disususn berdasarkan struktur yang benar, pengungkapan gagasan secara baik, singkat, cermat, tepat, jelas maknanya, dan santun.
2.3.1 Pola Kalimat
    Kalimat yang jumlah dan ragamnya begitu banyak, pada hakikatnya disusun berdasarkan pola-pola tertentu yang amat sedikit jumlahnya. Penguasaan pola kalimat akan memudahkan pemakai bahasa dalam membuat kalimat yang benar secara gramatikal. Selain itu, pola kalimat dapat menyederhanakan kalimat sehingga mudah dipahami oleh orang lain.
1.    Pola Kalimat Dasar
    Pola kalimat dasar sekurang-kurangnya terdiri atas subjek (S), predikat (P). Pola kalimat dasar mempunyai cirri-ciri :
(1)    Berupa kalimat tunggal ( S,P,O,Pel dan K ).
(2)    Sekurang-kurangnya terdiri dari satu subjek dan satu predikat.
(3)    Selalu diawali dengan subjek.
(4)    Berbentuk kalimat aktif.
(5)    Unsur tersebut ada yang berupa kata dan ada yang berupa frasa, dan
(6)    Dapat dikembangkan menjadi kalimat luas dengan memperluas subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Kalimat dasar tersebut dapat dikembangkan menjadi bermacam-macam kalimat yang tidak terbatas jumlahnya. Kalimat dasar tersebut dapat dijadiakn kalimat luas dengan menambah keterangan-keterangan pada subjek, predikat, atau objek, sesuai  keperluan.
Contoh kalimat dasar:
(1)    Kami /  berdiskusi.
(2)    Para siswa / sedang belajar.
(3)    Mereka / sedang mendiskusikan / tugas kelompok.
(4)    Mereka / sedang mempelajari / kalimat dasar.
(5)    Ekonomi daerah itu / berdasrkan /  pertanian.
(6)    Ketua partai itu /  menjadi / calon presiden.
(7)    Meereka / membelikan /  saya / sepatu .
(8)    Mereka / menjuluki / dia sang / penyelamat.
(9)    Para kepala Negara Asean / sedang bersidang / di Bali
(10) Beberapa karyawan / sedang membahas / kasus bisnis / di ruang rapat.
    Kompleks dan rumit dapat disederhanakan dengan menemukan pola dasrnya sehingga mudah dipahami.
Contoh kalimat luas:
Perhatikan kata yang dicetak miring merupakan kalimat dasar.
(1)    Kami yang mengharapkan kedamaian di Aceh selalu berdiskusi tentang masalah ini.
(2)    Para siswa yang kehilangan gedung sekolah itu sedang belajar bahasa indonesia dengan sarana seadanya.

2.3.2 Pola Kalimat Majemuk
1. Kalimat Majemuk Setara
    Pola kalimat majemuk terdiri dari kalimat majemuk setara dan bertingkat. Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda. Kalimat majemuk setara bersifat koordinatif, tidak saling menerangkan. Kalimat majemuk setara ada empat macam, yaitu (a) setara gabungan menggunakan kata dan, serta; (b) setara pilihan menggunakan kata atau; (c) setara urutan menggunakan kata lalu, lantas, dan kemudian; dan (d) setara perlawanan menggunakan kata tetapi.
a.    Kalimat majemuk setara gabungan menggunakan kata dan, serta.
Contoh:
Dosen menjelaskan kalimat majemuk dan mahasiswa mendengarkannya dengan cermat.
Dosen serta mahasiswa bekerja secara kreatif dan inovatif.
b.    Kalimat majemuk setara pilihan menggunakan atau.
Contoh:
Anda pergi ke kampus atau menghadiri seminar?
Anda harus kuliah dengan nilai yang tinggi atau tudak usah kuliah.
c.    Kalimat majemuk setara urutan menggunakan lalu, lantas dan kemudian.
Contoh:
Ia pulang lalu pergi menjemput anaknya.
Kami menyelesaikan kuliah lantas bekerja.
Kami bekerja dan menabung kemudian mengawali bisnis ini.
d.    Kalimat majemuk setara perlawanan menggunakan tetapi, melainkan, sedangkan.
Contoh:
Mahasiswa itu mengharapkan nilai ujian yang tinggi, tetapi malas belajar.
Ia bukan pandai melainkan rajin
Orang itu giat bekerja, sedangkan adiknya malas.
2.    Kalimat Majemuk Bertingkat
    Kalimat majemuk bertingkat disusun berdasarkan jenis anak kalimatnya. Berdasarkan jenis anak kalimatnya (AK), kalimat majemuk bertingkat  dibedakan menjadi delapan macam.
a.    AK keterangan waktu menggunakan kata ketika, waktu, saat, setelah, sebelum.
Contoh:
Mereka segera mencari peluang kerja setelah menyelesaikan studinya.
Waktu diangkat sebagai pejabat, ia belum menunjukkan kewibawaannya.
b.    AK keterangan sebab menggunakan kata sebab, lantaran, karena.
Contoh:
Lalu lintas macet karena karyawan di sekitar jalan itu pulang bersamaan.
Orang itu meninggal karena menderita sakit jantung.
c.    AK keterangan hasil (akibat) menggunakan kata hingga, sehingga, akhirnya.
Contoh:
Tsunami itu dating tiba-tiba akibatnya puluhan ribu penduduk tewas.
Pengusaha itu bekerja keras sehingga berhasil mendapatkan untukg besar.
d.    AK keterangan syarat menggunakan kata jika, apabila , kalau,andaikata.
Contoh:
Andaikata engkau memenangkan lomba itu, bagaimana perasaanmu?
Saya akan santuni orang miskin apabila mendapatkan uang sebanyak itu.
e.    AK keterrangan tujuan menggunakan kata agar, supaya, demi, untuk, guna.
Contoh:
Agar rakyat makmur, kita harus memberikan penyuluhan kerja yang kreatif.
Kita harus bekerja keras demi masa depan yang gemilang.
f.    AK keterangan cara menggunakan kata dengan, dalam.
Contoh:
Dosen itu menerangkan masalah tersebut dengan pendekatan ilmiah.
Dalam menghadapi kesulitan tersebut ia menerima dengan kesabaran.
g.    AK keterangan posesif menggunakan kata meskipun, walaupun, biarpun.
Contoh:
Biarpun baru pukul setengah enem, saya sudah berangkat ke kantor.
Saya akan berupaya meningkatkan kualitas kerja meskipun sulit diwujudkan.
h.    AK keterangan pengganti nomina menggunakan kaya bahwa.
Contoh:
Presiden menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus menegaskan hukum.

3.    Kalimat Majemuk Campuran
Contoh:
1.    Bangsa Indonesia bekerja keras mengejar ketertinggalan ekonomi daerah.
2.    Kinerja bisnis mulai membaik dan perkembangan ekonomi mulai stabil setelah berhasil melangsungkan pemilu secara demokratis.






2.3 Jenis-Jenis Kalimat
2.3.1 Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa
Berdasarkan jumlah klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
1.    Kalimat Tunggal
    Dewi (2009 : 9 ), menyatakan bahwa kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur  inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru.
Contoh:
1.    Ibu berangkat ke sekolah.
2.    Adi membaca buku .
Berdasarkan kategori predikatnya kalimat tunggal dibagi menjadi (1) kalimat berpredikat verbal, kalimat berpredikat adjektifal, kalimat berpredikat nominal, kalimat berpredikat numeral, dan kalimat berpredikat preposisional.
1)    Kalimat Berpredikat Verbal
Kalimat yang berpredikat verbal dibagi lagi berdasarkan ada tidaknya objek dalam kalimat dan peran subjek dalam kalimat. Berdasarkan ada tidaknya objek kalimat verbal dibagi menjadi kalimat intransitif, kalimat ekatransitif, dan kalimat dwitransitif.
a)    Kalimat Intransitif
        Kalimat intransitif adalah kalimat yang tidak memerlukan kehadiran objek atau pelengkap.
Contoh:   
1.    Adik menengis.
2.    Fitria tidur.

b)    Kalimat Tratransitif
        Kalimat transitif adalah kalimat yang membutuhkan kehadiran objek. Objek yang diperlukan dalam kalimat transitif dapat satu atau lebih. Kalimat transitif yang hanya memerlukan kehadiran satu objek disebut kalimat ekatransitif. Kalimat yang memerlukan objek dan pelengkap disebut kalimat dwitransitif.
Contoh kalimat ekatransitif
1.    Ida mencari pekerjaan.
2.    Ibu membeli roti.
Contoh kalimat dwitransitif
1.    Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.
2.    Ibu membelikan roti untuk  adik .
2)    Kalimat Berpredikat Adjektifal
Contoh :
1.    Rambutnya mulai memutih.
2.    Bunga itu merah.
3)    Kalimat Berpredikat Nominal
Contoh :
1.    Pamanku seorang guru bahasa Indonesia.
2.    Wahyu dokter di rumah sakit daerah.
4)    Kalimat Berpredikat Numeral
Contoh :
1.    Rumahnya satu di Sokoraja.
2.    Anak Tari ada dua.

5)    Kalimat Berpredikat Preposisional
Contoh :
1.    Ibu pergi ke sekolah.
2.    Fani sedang ke pasar.
Berdasarkan peranan subjek kalimat verbal dibagi menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif.
1)    Kalimat Aktif
    Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berupa pelaku.
Contoh :
1.    Ardi menendang bola.
2.    Bayu menebang pohon.
2)    Kalimat pasif
    Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya merupakan penderita atau dikenai pekerjaan.
Contoh :
1.    Bola di tending Ardi.
2.    Pohon ditebang Bayu.

2. Kalimat Majemuk
    Kalimat majemuk adalah kalimat yang berasal dari proses penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih menjadi kalimat baru yang mengandung dua atau lebih klausa kalimat.
Kalimat majemuk dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1)    Kalimat Majemuk Setara
    Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang memiliki hubungan yang setara antar klausa atau kalimat yang membentuknya. Artinya, kalimat satu memiliki kedudukan yang setara dengan kalimat lainnya.
2)    Kalimat Majemuk Bertingkat
    Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang memiliki hubungan yang memiliki hubungan bertingkat antara kausa atau kalimat yang membentuknya.
3)    Kalimat Majemuk Campuran
    Kalimat majemuk campuran adalah kalimat majemuk yang memiliki hubungan setara dan bertingkat antara klausa atau kalimat yang membentuknya dalam satu kalimat.

2.3.2    Kalimat Menurut Hubungan Aktor – Aksi
    Kalimat menurut hubungan aktor- aksi,dapat dibedakan atas kalimat aktif, kalimat pasif, kalimat medial,  dan kalimat resiplokal. Khusus kalimat aktif dan kalimat pasif kita telah bicarakan dalam uraian klausa verbal ( aktif transitif, aktif intransitif, dan klausa verba pasif).
2.3.3    Kalimat Menurut Kategori Pengisi Fungsi Predikat
    Kalimat menurut kategori pengisi fungsi predikatnya, dapat dibedakan atas kalimat verbal dan kalimat non verbal. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya di isi oleh kata yang berkategori verba atau yang diverbakan. Kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya diisi oleh kata yang berkategori nonverbal, misalnya nomina, adjektiva, numeralia, preposisi, pronominal, demonstatif/penunjuk.
2.3.4    Kalimat Menurut Struktur Internalnya
    Kalimat menurut struktur internalnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat yang berstruktur lengkap dan kalimat yang berstruktur tidak lengkap . kalimat dikatakan berstruktur lengkap jika sekurang-kurangnya memiliki fungsi S dan P ( Konisi, 2011: 42 ). Contoh:
1)    Anak itu rajin sekali ( kalimat lengkap )
2)    Pergi ke semarang ( kalimat tidak lengkap)
2.3.5    Kalimat Berdasarkan Bentuk Sintaksis
    Jenis kalimat berdasarkan bentuk sintsksis dibagi menjadi lima sebagai berikut.
a.    Kalimat Berita atau Deklaratif
    Kalimat berita merupakan kalimat yang berisi pemberitaan. Kalimat bera ita diakhiri dengan intonasi netral dan nada turun. Dalam kalimat berita tidak ada unsur yang di tonjolkan. Kalimat berita juga ditulis dalam kalimat diakhiri tanda titik.
b.    Kalimat Tanya atau Interogatif
    Kalimat tanya adalah kalimat yang berisikan pertanyaan seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya. Ciri-ciri kalimat tanya adalah intonasi yang digunakan intonasi tanya, diakhiri dengan nada naik, sering menggunakan kata tanya, dapat pula menggunakan partikel tanya –kah.
c.    Kalimat Perintah atau Imperatif
    Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. Ciri-ciri kalimat perintah adalah mempergunakan intonasi perintah, diakhiri dengan nada naik pada akhir kalimat, kata kerja yang mendukung isi perintah biasanya merupakan kata dasar, mempergunakan partikel pengeras –lah. Dalam bentuk tulis kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru, kalimat perintah dapat berisi permohonan, ajakan, persilaan, larangan, ejekan, atau harapan.


a)    Struktur Kalimat Imperatif
    Ahmad (1996:52), menyatakan bahwa struktur  kalimat imperatif terdiri atas predikat dikuti atau tidak d ikuti –lah, diikuti atau tidak diikuti objek, pelengkap, maupun keterangan.
    Menurut Ahmad struktur kalimat imperatif dapat berupa:
1.    P + (-lah) + O + Ket.
2. Penanda imperatif + (-lah) + S + P + O.
Perhatikan contoh berikut:
1)    Belajarlah engkau dengan sebaik-baiknya!
P/V        O/N    Ket/F.Adj
2)    Janganlah engkau melakukan perbuatan yang tidak terpuji.
Pi/KT            S/N    P/N        O/FN

1.    Fungsi dan Kategori Kata Kalimat Imperatif
1.1    Fungsi dan Kategori
1.1.1    Fungsi
1.    Fungsi Predikat
        Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan,jika ada,konstituen objek,pelengkap,dan keterangan wajib disebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa ferbal atau frasa ajektifal. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal,frasa numeral,atau frasa preposisonal, disamping frasa ferbal dan frasa abjektifal. Perhatikan contoh berikut.
a.    Ayahnya guru bahasa inggris (P=FN)
b.    Adiknya dua (P=FNum)
c.    Ibu sedang kepasar (P=FPrep)
d.    Dia sedang tidur (P=FV)
e.    Gadis itu cantik sekali (P=FAdj)
        Kalimat seperti  yang subjeknya FN dan predikatnya FN relative sukar bagi kita untuk mengetahui apakah kalimat itu berpola S-P ataukah P-S. Dalam hal demikian diperlukan cara lain untuk mengenal subjek dan predikatnya.cara yang pertama adalah melihat FN yang dilekati partikel –lah, kalu partikel itu hadir. FN yang dilekati –lah,selalu berfungsi sebagai predikat. Cara yang kedua adalah memperhatikan pola informasi yang digubnakan untuk predikat pada kalimat mempunyai pola intonasi menurun, yaitu (2) 3 1 pada pola S-P dan (2) 3 2 pada pola P-S. Perhatikan contoh berikut.
a.    Pencurinya dia.
Anak itu teman tono.
2-  23   /  2  -   31   #
b.    Dialah pencurinya.
Teman tono anak itu.
2  -  3    2(2)  /  2  -   21#
        Predikat dalam bahasa Indonesia dapat mengisyaratkan makna ‘jumlah’ FN subjek.
Perhatikan contoh berikut.
a)    Penumpang bus itu bergantung.
b)    Penumpang bus itu bergantungan.
    Pada contoh (a) FN penumpang bus itu cenderung bermakna tunggal tetapi pada conto (b), FN penumpang bus itu bermakna jamak oleh kehadiran bentuk verba predikat bergantungan.

2.    Fungsi subjek
    Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal,tau kalusa seperti tampak seperti berikut.
a.    Harimau binatang liar.
b.    Anak itu belum makan.
c.    Yang tidak ikut upacara akan di tindak.
Subjek sering juga berupa frasa verbal.Perhatikan contoh berikut.
(a)    Membangun gedung bertingkat mahal sekali.
(b)    Berjalan kaki menyehatkan badan.
    Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat seperti tampak pada contoh berikut.
(a)    Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.
(b)    Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.
    Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Perhatikan contoh berikut.
(a)    Tolong (kamu) bersihkan meja ini.
(b)    Mari (kita) makan.

3.    Fungsi Objek
    Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah langsung predikatnya. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memperhatikan (1) jenis predikat yang dilengkapinya dan (2) cirri khas objek itu sendiri. Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks –kan dan –i serta prefiks meng- umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Perhatikan contoh berikut.
a.    Morten menundukkan Icuk.
    Pada contoh diatas icuk merupakan objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif bersufiks –kan : menundukkan.
    Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronomina –nya, dan jika berupa pronominal aku atau kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mudapat digunakan. Perhatikan contoh berikut.
(a)    Adi mengunjungi pak Rustam.
(b)    Adi mengunjunginya.

4.    Fungsi Pelengkap
    Orang sering mencampuradukan pengertian objek dan pelengkap.hal itu dapat dimengerti karena antara ke dua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba. Perhatikan contoh berikut:
a.    Dia mendagangkan barang-barang elektronik di Glodok.
b.    Dia berdagang barang-barang elektronik di Glodok.
        Pada kedua contoh diatas tampak bahwa barang-barang elektronik adalah frasa nominal dan berdiri dibelakang verba mendagangkan dan berdagang. Akan tetapi, pada kalimat (a) frasa nominal itu dinamakan objek,sedangkan pada contoh (b) disebut pelengkap, yang juga dinamakan komplemen.
       
    Beberapa contoh pelengkap dengan predikat yang berupa verba taktransitif dan dwitransitif serta adjektiva.
a.    Orang itu bertubuh raksasa.
b.    Negara ini berlandaskan hokum.
c.    Ida benci pada kebohongan.
d.    Dia bertanya kapan kami akan menengoknya.
        Sering kali nomina mempunyai hubungan khusus dengan verba atau adjektiva yang diikutinya sehingga seolah-olah keduanya tidak dapat dipisahkan lagi. Contoh:
a)    Makan waktu            e)  cuci muka
b)    Balik nama            f) tembus cahaya
c)    Masuk hitungan        g) banjir uang
d)    Biru laut            h) kurang darah   
    Gabungan verba atau adjektiva dengan nomina seperti itu merupakan verba atau adjektiva majemuk yang berfungsi sebagai satu kesatuan dalam kalimat. Kadang-kadang hubungan antara nomina dan verba atau adjektiva itu begitu erat sehingga menjadi semacan idiom.

5.    Fungsi Keterangan
    Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Hal ini  dikemukakan pada pola kalimat dasar, keterangan dapat berada di akhir, diawal, dan bahkan ditengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan biasanya berupa frasa preposisional, atau frasa adverbal.


Perhatikan contoh berikut.
a.    Dia memotong rambutnya.
b.    Dia memotong rambutnya di kamar.
c.    Dia memotong rambutnya dengan gunting.
d.    Dia memotong rambutnya kemarin.
        Unsur di kamar, dengan gunting dan kemarin pada contoh merupakan keterangan yang sifatnya manasuka.Selain oleh satuan yang berupa kata atau frasa, fungsi keterangan selain oleh klausa seperti pada contoh berikut.
a)  Dia memotong rambutnnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah.
b)    Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima di bank.
    Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya. Dengan demikian, (a) menyatakan makna waktu, dan sebelumnya dia mendapat peringatan dari sekolah (b) serta serta setelah dia diterima bekerja di bank (b) juga mengandung makna waktu. Berdasarkan maknanya seperti tersebut di atas, terdapat bermacam-macam keterangan.

1.1.2    Kategori
1.    Verba ( kata kerja)
    Verba merupakan unsur yang sangat penting dalam kaliamt karena dalam kebanyakan hal verba berpengaruh besar terhadap unsur-unsur lain yang harus atau boleh ada dalam kalimat tersebut. Verba mendekat, misalnya, mengharuskan adanya subjek sebagai pelak, tetapi melarang munculnya nomina dibelakangnya. Sebaliknya, verba mendekati mengharuskan adanya nomina di belakangnya. Perilaku sintaksis seperti ini berkaitan erat dengan makna dan sifat ketransitifan verba.

1)    Pengertian ketransitifan
    Dari segi sintsksisnya, ketransitifan verba ditentukan oleh dua faktor : (1) adanya nomina yang berdiri dibelakang verba yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat aktif dan (2) kemungkinan objek itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat pasif. Dengan demikian, pada dasarnya verba terdiri atas verba transitif dan verba taktransitif. Verba taktransitif ada pula yang berpreposisi.
2.    Nomina ( kata benda)
    Nomina sering juga di sebut kata benda, dapat di lihat dari dua segi, yakni segi semantic dan segi sintaksis. Dari segi semantis kita dapat mengatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda dan konsep atau pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, kucing, meja, dan kebangsaan adalah nomina. Dari segi sintaksisnya, nomina mempunyai ciri-ciri tertentu yaitu:
1) Dalam kalimat yang predikatnya verbal, nomina cenderung menduduki fungus subjek, objek, atau pelengkap.
2) Nomina tidak dapat dijadikan bentuk ingkar dengan tidak. Kata pengingkarnya ialah bukan dan tidak pernah berkontraks dengan tidak.
 3) Nomina lazimnya dapat di ikuti oleh adjektiva baik secarah langsung maupundngan perantaan kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah adalah nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru, rumah mewah, atau buku yang baru dan rumah dan mewah.
a.  Bentuk dan Makna
    jika dilihat dari segi bentuk morfologisnya, nomina terdiri atas dua macam, yakni (1) nomina yang berbentuk kata dasar dan (2) nomina yang diturunkan dari kata atau bentuk lain.
    Disamping itu, nomina dapat pula mengalami proses lain seperti seperti proses reduplikasi atau proses pemajemukan dengan kata lain.
 b. Nomina dasar
        Dalam bahasa Indonesia ada nomina yang terdiri atas kata dasar. Karena sifat tersebut, maka nomina seperti itu berbentuk monomorfemik, yakni terdiri atas 1 morfem saja. Berikut adalah beberapa contoh nomina dasar secarah berkelompok.
a)    Nomina umum
Gambar         meja            rumah
Kesatria        minggu        semangat
Malam         pisau            tahun
b)    Nomina khusus
Adik            bawuk            taman
Atas            farida            pekalongan
Batang            selasa            pontianak
Bawah            butir            itu
Dalam             muka            ini
        Jika kita peratikan benar kategori nomi itu baik yang dasar maupun yang turunan, maka akan kita sadari bahwa maka akan kita sadari bahwa di balik kata itu terkandung pula konsep semantis tertentu. Nomina umu gambar, misalnya tidak mempunyai ciri makna yang mengacu di lokasi. Sebaliknya nomina umum meja dan rumah mengandung makna lokasi. Dengan demikian kita dapat membentuk kalimat seperti letakanlah penamu di meja tetapi tidak seperti letakanlah penamu digambar.
c)    Nomina turunan
    Disamping nomina dasar yang bersifat monomofelis, bahasa Indonesia juga mengenal nomina turunan yang bersifat polimorfenis,yakni yang terdiri atas 2 morfem atau lebih. Nomina turunan dibentuk dari nomina dasar atau katagoro kata yang lain, khususnya ferba dan ajektiva. Disamping itu, ada pula kata lain seperti numeralia ddan konjungsi, yang menjadi dasar pembentukan, tetapi jumlahnya tidak banyak. Pada umumnya  nomina turunan di bentuk dengan menambahkan prefiks, supiks, atau konfiks pada bentuk dasar. Dengan demikian kita peroleh nomina turunan seperti pembeli, pembelian, kotoran, perbuatan, persatuan, dan kekuatan.
3.    Adjektiva (kata sifat)
    Adjektiva juga disebut kata sifat atau keadaan, adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat dan keadaan orang, benda, atau binatang. Adapun cirri-cirinya sebagai berikut.
1)    Adjektiva dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan kali.
2)    Adjektiva dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu.
3)    Adjetiva dapat di ingkari dengan kata ingkar tidak.
4)    Adjektiva dapat diulang dengan awalan se- dan akhiran –nya.
5)    Adjektiva pada kata tertentu dapat berakhir antara lain dengan –er, -(w)i, -iah, -if, -al, dan –ik.
    Umumnya sebuah adjektiva diletakkan di berlakang kata  yang diterangkan. Dalam hal ini kita harus waspada terhadap kata lain yang dapat disisipkan antara kedua kata itu yang dapat mengubah status hubungannya.
 Contoh:
(1)    Baju putih
Mobil tua
Rumah mewah

(2)    Baju yang putih
Mobil yang tua
Rumah yang mewah
(3)    Baju itu putih
Mobil itu tua
Rumah itu mewah
    Pada nomor (1) adjektiva putih, tua, dan mewah berdiri langsung dibelakang nomina baju, mobil dan rumah. Bentukan seperti itu bukan kalimat, tetapi frasa.penyisipan pada contoh (2) tidak mengubah status untaikan kata itu menjadi kalimat. Untaian kata pada nomor (2)  tetap merupakan frasa. Sebaliknya, dengan disisipkannyakata seperti itu, Ali,saya, ini, dan mereka pada contoh nomor (3) rentetan kata itu berubah statusnya menjadi kalimat.
a.    Bentuk Adjektiva
     Kebanyakan adjektiva adalah monomorfemis, artinya terdiri atas satu morfem. Namun, ada pula adjektiva yang lebih dari 1 morfem dan karena itu disebut polimorfemis. Berikut adalah contoh adjektiva monomorfemis.
Asin        cerah            kecil
Anggun        ceria            kurus
Besar        mewah            lama
Biru         murah            lemah
Adjektifa yang polimorfemis di bentuk dengan tiga cara yaitu :
(1)    Pengapiksan, (2) pengulangan, dan (3) pemaduan dengan kata lain.
Adjektiva turunan dibentuk dengan memakai apaiks pungutan seperti –i, -iah, dan –wi.

Contoh:
Alami        ilmiah            manusiawi
Insani        alamiah        surgawi
Hewani        lahiria            duniawi
Nabato            jasmania        ragawi
b.    Fungsi Adjektiva
    Adektiva dapat berfungsi sebagai predikat dalam kalimat atau sebagai keterangan pada frasa nominal. Contoh berikut adjektiva yang berfungsi sebagai predikat.
(a)    Gedung yang baru itu sangat megah.
(b)    Setelah menerima rapor, merekapun gembira.
(c)    Sedihlah hatinya, melihat anaknya tidak naik kelas.
(d)    Yang dibelinya kemarin tidak mahal.
(e)    Hatinya tidak akan tenang sebelum suaminya kembali.
4.    Adverbia (kata keterangan)
    Adverbial adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Dalam kalimat saya ingin lekas-lekas pulang, kata lekas-lekas adalah adverbial yang menerangkan verba pulang.
    Adverbial sebagai katagori harus di bedakan dari keterangan sebagai fungsi kalimat. Jadi, dalam kalimat dia datang kemarin, kata kemarin berkata gori nomina, tetapi fungsinya adalah keterangan waktu. Adverbial didalam bahasa Indonesia dapat di klasifikasikan dengan mempertimbangkan (1) bentuk., (2) struktur sintaksis, dan (3) maknanya.



1.    Bentuk adverbia
    Adverbial dapat terdiri atas 1 morfem (monomorfemis) dan dapat pula terdiri atas 2 morfem atau lebuih (polimorfemis). Kata sangat adalah monomorfemis, sedangkan sebaiknya adalah poli morfemis (se-baik-nya). Contoh monomorfemis.
Sangat        Lebih
 Hanya        Segera
    Adverbial yang polimorvemis di bentuk melalui salah satu cara berikut (a) dengan mengulang kata dasar, (b) dengan mengulang kata dasar dean menambahkan sufiks –an, (c) dengan mengulang kata dasar dan menambahkan gabungan afiks se-+-nya, (d) dengan menambahkan gabungan afiks se-nya pada kata dasar, (e) dengan menambah pada kata dasar –nya pada kata dasr.
Contoh:
(a)     Diam-diam            (d) Sebaiknya
Lekas-lekas                  Selekasnya
(b)    Habis-habisan            (e)  Agaknya
Mati-matian                                  Biasanya
(c)    Setinggi-tingginya       
Sedalam-dalamnya

2.    Struktur sintaksis adverbial
    Struktur sintaksis adverbial dapat di lihat melalui dua segi (1) letak struktur dan (2) lingkup struktur. Dari segi letak strukturnya dapat diamati perilaku adverbial yang (a) senantiasa mendahualui kata yang diterangkan, (b) senantiasa mengikuti kata yang diterangkan, dan (c) dapat mendahului atau mengikuti kata yang diterangjkan.
Contoh:
(a) lebih tinggi            sangat indah
Lebih kukuh            hanya menulis
(b) Tampan nian            duduk saja
Jelek benar            merah sekali
(c) jangan lekas-lekas pulang
 Jangan pulang Lekas-lekas
Lekas-lekas dia pulang
    Dari segi bentuk strukturnya dapat di tinjau medan jangkaun adverbial yang terbatas pada satuan frasa dan yang mencapai satuan kalimat. Adverbial yang jangkauannya terdapoat pada frasa adjectival, frasa verbal, frasa adverbial, dan frasa nominal predikatif.
Contoh:
(a)    Tinggi sekali
Agak cantik
(b)    Berlari (dengan) cepat
Lekas-lekas pulang
(c)    Tiba-tiba sekali
Kurang serempak
(d)    Hanya petani
Hanya guru
3.    Makna Adverbia
    Makna adverbial dapat ditinjau dalam kaitannya dengan unsure lain pada suatu struktur (kaitan rasional). Makna rasional adverbial dapat dinikmati pada satuan frasa dan satuan klausa.
1.    Kalimat Seruan atau Eksklamatir
    Kalimat seruan berisi seruan terhadap sesuatu. Kalimat seru menggunakan intonasi yang menunjukkan keheranan, pujian, terkejut, takut, menyapa, atau menawarkan sesuatu. Kalimat seruan duakhiri dengan nada naik. Dalam bentuk tulisan kalimat seru diakhiri tanda seru.

BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
3.1 Metode Penelitia dan Jenis
3.1.1 Metode Penelitian
      Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan dalam pengumpulan, pengkajian data, dan penyajian laporan penelitian.  Penggunaan metode ini untuk membuat deskripsi yang terstruktur dan akurat mengenai data, dan cirri-ciri alami yang ada dalam data penelitian, serta keadaan, dan gejala  kebahasaan bahasa daerah Tolaki khususnya kalimat imperatif bahasa Tolaki.
3.1.2  Jenis Penelitian
    Jenis penelitian ini tergolong penelitian lapangan, karena semua data dalam penelitian ini diperoleh di lokasi penelitian sesuai  dengan masalah penelitian.
3.1.3 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah  data lisan yang berupa tuturan-tuturan yang bersumber dari  penutur asli bahasa Tolaki.

3.1.2    Sumber Data
    Sumber data dalam penelitian ini berasal dari hasil tuturan yang dituturkan oleh penutur asli (informan). Sebagai seorang informan harus memenuhi Kriteria. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Penutur asli bahasa Tolaki.
2.    Jarang meninggalkan daerah atau lokasi bahasa yang diteliti dalam waktu yang lama.
3.    Sadar dan memahami apa yang diajukan oleh peneliti
4.    Informan sekurang-kurangnya berumur 30-50 tahun.
5.    Memiliki pengertian terhadap keperluan penelitian.
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
    Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah metode cakap dan metode simak. Metode simak yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menyimak setiap pembicaraan informan. Metode cakap yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh data lisan dengan cara mengadakan kontak langsung secara verbal dengan informan.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
    Sejalan dengan metode di atas, maka teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik rekam dan teknik catat. Teknik ini dugunakan dengan pertimbangan bahwa data yang diteliti berupa data bahasa lisan. Selain teknik rekam, digunakan pula teknik catat melalui kartu data.


3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
3.4.1 Metode Analisis Data
        Metode yang digunakan dalam menganalisis data yaitu menggunakan pendekatan structural yaitu peneliti berupaya memberikan gambaran secara objektif tentang kalimat imperatif bahasa Tolaki yang dikaji dengan melihat fungsi dan kategiri katanya.
3.4.2 Teknik Analisis Data
              Data yang diperoleh dalam penelitian ini di analisis dengan menggunakan Teknik Pilah Unsur Langsung (PUL). Teknik pilah unsur langsung yaitu memilah data berdasarkan satuan lingual menjadi beberapa bagian atau unsur. Teknik ini dianalisis dengan menggunakan teknik kajian menurun (top down).


      DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2010 . Tata Bahasa  Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Ahmad, 1996. Sintaksis. Jakarta: Direktur Pendidikan Guru danTenaga Teknis.
Dewi , Wendi Widya Ratna . 2009 . Sintaksis Bahasa Indonesia. Klaten : Intan Pariwara.
Moeliono,M Anton. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Tarigan, Hendy Guntur. 1986 . Pengajaran Sintaksis. Bandung :  Angkasa.
Tim Prima Pena. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gitamedia Press.
Widjono Hs. 2011. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar